AIDS
Pengertian
- AIDS atauAcquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired
: Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune
: Sistem kekebalan tubuh
Deficiency
: Kekurangan
Syndrome
: Kumpulan gejala-gejala penyakit
- Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
- AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
- AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
- AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
- Etiologi
T.
- Patofisiologi
Sel
T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel
yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi
dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang
juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi
virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun
seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu
sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur
oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang
parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah
200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau
dimensia AIDS.
- Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan
keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk
didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
- Kategori Klinis A
Mencakup satu atau
lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B
dan C
- Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
- Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
- Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
- Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan
dalam kategori klinis B mencakup :
- Angiomatosis Baksilaris
- Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
- Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
- Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
- Leukoplakial yang berambut
- Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.
- Idiopatik Trombositopenik Purpura
- Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
- Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
- Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
- Kanker serviks inpasif
- Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
- Kriptokokosis ekstrapulmoner
- Kriptosporidosis internal kronis
- Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
- Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
- Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
- Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
- Isoproasis intestinal yang kronis
- Sarkoma Kaposi
- Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
- Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
- M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
- Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
- Pneumonia Pneumocystic Cranii
- Pneumonia Rekuren
- Leukoenselophaty multifokal progresiva
- Septikemia salmonella yang rekuren
- Toksoplamosis otak
- Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat
gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu.
Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam,
keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam
kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency
Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi
AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah
Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal
- infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas
dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah
bening, dan bercak merah ditubuh.
- Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh
pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh
hasil positif.
- Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma
Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan
langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi
social.
- Enselophaty akut, karena reaksi
terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis /
ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark
serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik
endokarditis.
- Neuropati
karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c.
Gastrointestinal
- Diare karena
bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi.
Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis
karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit
Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai
akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal,
gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena
Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal
nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit
stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis,
reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa
terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan :
Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran :
otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek
nyeri.
7.
Penatalaksanaan
Belum ada
penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa
dilakukan dengan :
- Melakukan
abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
- Memeriksa
adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
- Menggunakan
pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency
Virus (HIV) nya.
- Tidak
bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
- Mencegah
infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila
terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :
- Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan,
dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.
- Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987)
untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
- Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru
yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus /
memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
– Didanosine
– Ribavirin
– Diedoxycytidine
– Recombinant CD 4
dapat larut
- Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun
dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus
perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
- Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
- Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk
pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat
tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus.
Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun.
Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang
kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang
saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan
penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
- Kerusakan
respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi
radiasi,defisiensi nutrisi,penuaan,aplasia
timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik congenital.
- Kerusakan
imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik
leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing
enteropati (peradangan usus)
b. Pemeriksaan
Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
- Aktifitas /
Istirahat
Gejala : Mudah
lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda :
Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan
TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala :
Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda :
Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis,
perpanjangan pengisian kapiler.
- Integritas dan
Ego
Gejala : Stress
berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa,
putus asa,dan sebagainya.
Tanda :
Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
- Eliminasi
Gejala : Diare
intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces
encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan
karakteristik urine.
- Makanan /
Cairan
Gejala :
Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor
kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
Gejala : Tidak
dapat menyelesaikan AKS
Tanda :
Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
- Neurosensoro
Gejala : Pusing,
sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda :
Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
- Nyeri /
Kenyamanan
Gejala : Nyeri
umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak
sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK
sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda :
Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat
jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
Tanda :
Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran
kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
Gejala : Riwayat
berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah
kehamilan.
Tanda :
Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi
Sosial
Gejala : Masalah
yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda :
Perubahan interaksi
- Penyuluhan /
Pembelajaran
Gejala :
Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan
obat-obatan IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan
Diagnostik
a. Tes
Laboratorium
Telah
dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian.
Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Serologis
- Tes antibody
serum
Skrining Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan
diagnosa
- Tes blot
western
Mengkonfirmasi diagnosa Human
Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah
total
- Sel T4 helper
Indikator system
imun (jumlah <200>
- T8 ( sel
supresor sitopatik )
Rasio terbalik (
2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein
pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan
nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat,
terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai
polimerase
Mendeteksi DNA
virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus
hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis,
pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan
sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur,
bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan
saraf)
- Tes Lainnya
- Sinar X dada
Menyatakan perkembangan
filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
- Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia
interstisial
- Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal
terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
- Biopsis
Diagnosa lain dari
sarcoma Kaposi
- Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy
pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
b. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi
antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu
setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi
antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan
evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug
Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human Immunodeficiency
Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay
( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara
spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak
menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau
pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya
terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk
memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA
)
Mendeteksi
protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus
(HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya
Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan
responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen
capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita
infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter
p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes
lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human
Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma
merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden ).AIDS muncul setelah benteng
pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh
oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan
sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana
sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan
kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya. HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks
dengan orang yang mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan
darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau
lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria
jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi
untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan
melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat
narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu hamil ke bayinya saat
melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti
berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui
closet umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada
daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini
orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah
dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem
kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam
keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan
gejala-gejala AIDS. (dc)